Hidup tenang dan damai, ya, semua orang menginginkan hidup yang demikian. Namun, pada kenyataannya hidup yang kita jalani justru kebalik 180 derajat. Hidup yang kita jalani selalu saja dipenuhi prahara yang membuat pusing dan menyebalkan. Lantas, mengapa kita tidak bisa merasakan hidup tenang? Tentu banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti terlalu memaksakan diri untuk mengikuti tren dan gaya hidup, terlalu fokus menyenangkan banyak orang dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk menciptakan kedamaian dan ketenangan hidup, kita perlu mengenal lebih jauh tentang segala sesuatu yang membuat hidup kita gundah dan risau.
1 . Terlalu memaksakan mengikuti tren dan gengsi
Hidup yang kita pikir berat dan penuh tekanan sehingga membuat kita stres dan bahkan depresi bisa jadi karena kita terlalu mengikuti tren dan gengsi. Ya, tidak sedikit dari kita lebih mementingkan tren dan meninggikan gengsi. Misalnya, teman-teman kita menggunakan gawai tipe terbaru, atau tas brended, motor atau mobil keren dengan harga yang relatif mahal dan kita pun mengikutinya agar terlihat keren dan mampu, atau hanya sekadar menghindari celaan dan ejekan karena kita tidak bisa mengikuti mereka. Kita selalu berpikir bagaimana kita bisa mengikuti gaya pergaulan yang terjadi, meskipin keuangan kita bisa dibilang pas-pasan. Sadar atau tidak, perilaku kita yang demikian ini membuat kita stres karena harus mengikuti tren atau gengsi semata. Sehingga, hidup yang kita jalani terasa tidak tenang.
2 . Berusaha mengikuti perkataan banyak orang
Menyenangkan orang lain memang perlu. Namun, kita juga harus bisa memilih cara mana agar orang lain senang dengan kita. Ingatkah kita dengan kisah ayah, anak dan keledai? Ya, dalam kisah tersebut, ada seorang ayah dan anaknya sedang menuntun keledai. Mereka melintas di suatu kelompok orang dan mereka ditertawakan. Sebab, salah seorang dari kelompok berkats kepada kelompoknya: "Lihat betapa bodohnya mereka, punya keledai tapi tidak ditunggangi," Mendengar perkataan itu, sang ayah dan anaknya pun menunggangi keledainya. Setelah berjalan cukup jauh, sang ayah dan anak yang menunggangi keledai itu kembali melewati kerumunan. Ada salah seorang dalam keramaian yang membicarakannya: "Lihat! Betapa kejam orang itu. Menunggangi keledai kecil. Sungguh kejam." Mendengar perkataan itu, sang ayah berpikir bahwa orang itu benar. Alhasil, ia pun turun dan tinggal anaknya yang menunggang keledai, sedang ia menuntunnya. Berapa lama, mereka kembali melintasi keramaian. Lagi-lagi salah seorang di keramaian berbisik satu sama lain: "Lihat! Kejam sekali anak itu membiarkan ayahnya kelelahan berjalan kaki menuntun keledai." Mendengar perkataan demikian, sang ayah bertukar tempat dengan anaknya. Kini, ia menunggang keledai sedang anaknya berjalan kaki. Mereka kembali melintasi kerumunan, lagi dan lagi, ada saja seorang yang berbisik dan mengatakan: "Kejam sekali bapak itu membiarkan anaknya berjalan kaki, sementara ia enak-enakan di atas keledai."
Dari kisah di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa ketika kita mengikuti perkataan orang lain, maka yang ada dalam pikiran kita sama seperti kisah tersebut. Kita bisa bayangkan, betapa lelahnya jika kita harus mengikuti perkataan banyak orang yang tentunya berbeda-beda setiap perkataannya. Oleh karena itu, mengikuti keinginan dan perkataan orang banyak tidak akan menjadikan hidup damai, tetapi sebaliknya, melelahkan dan tidak pernah benar.
3 . Suka berhutang
Hutang, adalah penyebab gangguan pikiran yang paling besar dan sering dijumpai. Bahkan, mungkin sekarang ini pun kita memilikinya. Lantas, apakah kita tidak boleh berhutang? Oke, calm down, kita sepakati bahwa hutang bukanlah hal yang haram dan melanggar hukum, tapi perlu diingat bahwa kunci hidup tenang adalah menghindari hutang. Oleh karena itu, tidak ada larangan untuk berhutang, melainkan bagaimana kita berusaha untuk tidak berhutang demi hal-hal yang tidak mendesak. Lain halnya jika kondisi kita sedang kekurangan dan kita terpaksa berhutang untuk menyambung hidup. Saya ingat banyak pengusaha yang mengatakan; Jika Anda ingin sukses, maka jauhi hutang! Ya, apalagi berhutang dengan bunga yang tidak sedikit.
Mengapa kita harus menghindari hutang? Pertanyaan ini tentu tidak asing. Menghindari hutang adalah cara kita untuk bisa hidup tenang. Sebab, jika kita berutang, maka kiya harus siap berpikir dan berusaha untuk melunasinya. Entah harian atau bulanan, tentu kita harus memikirkan dan membayar tiap temponya. Lantas, apakah kita bisa hidup tenang, sedang pikiran kita terus bekerja untuk mencari cara bagaimana kita bisa membayar utang?
4 . Memikirkan apapun yang belum tentu terjadi
Apakah Anda merasa bahwa Anda sulit mengendalikan pikiran, sehingga pikiran Anda menyebabkan anxiety? Ya, over thingking terhadap hidup hanya akan membuat diri Anda cemas dan risau. Terlebih ketika kita memikirkan hal-hal buruk akan terjadi dan itu seperti nyata. Orang mengatakan dengan istilah firasat buruk. Padahal, sesuatu yang kita sendiri pun belum tahu bahwa apa yang kita pikirkan belum tentu menjadi kenyataan. Lalu, apakah kita tidak boleh percaya pada firasat? Tentu tidak. Percaya pada firasat memang sah-sah saja, tapi bukan untuk ditakuti dan membuat cemas, melainkan agar kita bersiap pada setiap kemungkinan yang terjadi pada hidup, termasuk kemungkinan buruk. Firasat datang bukan sebagai suatu hal yang ditakuti, tetapi untuk mengingatkan bahwa kita perlu berhati-hati dan waspada. Selebihnya, kita hanya perlu menjalani hidup dengan pikiran dan kegiatan yang positif, agar apa yang kembali pada kita juga positif.
5 . Menginginkan hidup yang sempurna
Ada sebuah kalimat menarik "Tidak ada hidup yang sempurna. Sebab, semua diciptakan untuk saling menyempurnakan". Ya, merujuk pada kalimat terrsebut kita sadar bahwa semua yang ada di dunia ini diciptakan tidak sempurna, karena pada dasarnya dunia ini tercipta dari kekurangan dan kelebihan. Oleh karena itu, orang yang merasa ingin sempurna tidak akan pernah bisa mencapai kesempurnaan. Jika kita tetap ngotot ingin menjadi sempurna, maka yang kita dapat adalah ketidakpuasan dan kekhawatiran tentang alur hidup. Bagaimana kalau hidupku tidak sesuai ekspektasi? Begitulau pikiran kita bermain, sehingga kita selalu berpikir tentang cara hidup yang sempurna.
6 . Senang Berbohong
Sumber ketenangan adalah kejujuran. Sebab, dengan kejujuran kita tidak perlu bersusah-payah mencari pembenaran atas kebohongan yang kita lakukan. Ya, jika kita berbohong, tentu kita akan berusaha mencari beribu-ribu alasan untuk membenarkan kebohongan yang kita lakukan. Selain itu, kita juga akan dihantui oleh ketakutan akan terbongkarnya kebohongan tersebut. Seperti pepatah mengatakan "sepandai apa pun kamu menyembunyikan bangkai, lambat laun akan tercium juga bangkainya". Artinya, sepandai apa pun kita menutupi kebohongan dengan kebohongan-kebohongan lain, maka kebenarannya akan terungkap dengan sendirinya. Oleh karena itu, ketika kita merasa bahwa hidup kita tidak tenang dan damai, maka berintrospeksi diri; apakah kita melakukan kebohongan? Jika benar adanya, maka ungkaplah kebohongan itu dengan sejujur-jujurnya. Kita harus siap menerima segala risiko, demi keberlangsungan hidup yang tenang dikemudian hari.
Oke bestie... Itulah alasan mengapa hidup kita terasa tidak tenang dan damai. Semoga, kita bisa melewati kerisauan dan kegelisahan dalam hidup, agar kita bisa menikmati hidup dengan aman, damai dan tenang.
Baca juga: Baca ini ketika kamu hopeless